Upacara
perkawinan suku bangsa Lembak secara umum yang berada di Bengkulu dan
khususnya yang bertempat tinggal di Kota Bengkulu pada dasarnya
adalah sama, dengan tingkatan urut-urutan sebagai berikut: (1) Upacara
sebelum perkawinan, kegiatan yang dilakukan mulai dari menindai
(melihat kecocokan), betanye (bertanya), Ngatat Tande atau memadu rasan
(berasan), dan Bertunangan (Makan Ketan), (2) Upacara Perkawinan
(Kerje/Bapelan), merupakan urutan kegiatan mulai memilih macam
bimbang, Arai Pekat (Kenduri Sekulak), Menikah, Malam Napa, Arai
Becerita (Walimahan), dan sampai akhirnya menyalang (nyalang).
Upacara Sebelum Perkawinan
Pemilihan
jodoh pada adat suku bangsa Lembak masa kira-kira sebelum tahun
1950-an masih didominasi oleh keinginan orang tua (bapak, ibu atau
ahli laki-laki atau perempuan), dikenal dengan istilah rasan tue.
Kemudian ada juga pemilihan jodoh tersebut diungkapkan oleh si anak
karena tertarik kepada seseorang yang disampaikan kepada orang tuanya,
bila orang tua berkenan maka keinginan akan dilanjutkan, bila orang
tua tidak berkenan maka orang tua tidak akan melanjutkan.
Walaupun
dominasi orang tua masih kuat namun biasanya pada Adat Suku Lembak
masih banyak orang tua menanyakan terlebih dahulu kepada anaknya untuk
mengungkapkan hasratnya untuk menjodohkan dengan si anu anak si anu.
Namun sesunggunya menanyakan kepada anak tersebut sebenarnya
penekanan lebih terarah pada pemberitahuan saja, hal itu dikarenakan
dominsai orang tua lebih dominan. Dari kedua bentuk pemilihan
jodoh tersebut baik dominasi orang tua maupun anak menyampaikan
hasratnya kepada orang tua, proses yang dilakukan tetap dimulai dari
menindai (mengamati dan mengevaluasi).
Kondisi dominasi orang tua
tersebut dimungkinkan pada saat itu belum adanya media yang lebih
leluasa bagi pasangan muda-mudi untuk bertemu dan bergaul, secara
lebih dekat. Pertemuan hanya dapat dilakukan bila ada pesta perkawinan
di balai dalam waktu yang singkat.
Dominasi orang tua terhadap
penentuan jodoh pada saat ini akan nampak jelas bila seandainya pada
umur lebih dari 24 tahun bagi wanita belum menemukankan jodohnya. Pada
kasus seperti ini keaktifan orang tua sangat jelas.
Menindai
Menindai
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki
dalam mengamati dan mengevaluasi bagaimana kecocokan bila anak
laki-lakinya nanti menikah dengan keluarga (anak wanita) yang
ditindai. Proses penindaian ini biasanya dilakukan oleh orang tua
laki-laki atau ahli laki-laki (seperti paman, datuk, bibi atau nenek).
Dalam melakukan penindaian aspek yang dilihat tersebut antara lain:
Kondisi
keluarga perempuan dalam pengertian integritas keluarga dan kepribadian
(Aspek Keturunan). Kelakuan, ketaatan terhadap agama, dan termasuk
rupawannya gadis yang ditindai, Kerajinan dan kemampuan si perempuan
dalam memasak dan sebagainya. Kesimpulan dari penilaian tersebut
dikenal dengan istilah Semengga (memenuhi semua kriteria yang yang
dilakukan penilaian tadi).
Untuk kerajinan dan kemampuan si gadis
dalam memasak di atas biasanya pada masa lalu paling mudah untuk
diamati dengan cara: kerajinan akan dinilai seperti halnya rumah gadis
tersebut selalu bersih, rapi, dan di bawah rumahnya tersusun salang
putung (kayu bakar yang disusun di bawah rumah, biasanya rumah pada
masyarakat Lembak adalah rumah panggung) yang banyak mengelilingi rumah.
Untuk menilai kemampuan memasak biasanya oleh pihak laki-laki akan
mengirim Kakonan (Kurir, seperti bibik atau nenek) untuk bertandang
kerumah si gadis.
Bila menurut penilaian pihak keluarga laki-laki
ada kecocokan setelah berbicara keluarga atas hasil pengamatan Kakonan
dan penilaian bersama maka proses akan dilanjutkan dengan betanye
(bertanya) kepada keluarga perempuan.
Bila perjodohan pada
mulanya disampaikan oleh anak hasrat untuk meminta orang tuanya untuk
menindai, maka proses penindaian berlaku seperti proses diatas.
Untuk
saat ini sudah terjadi perubahan, dimana untuk penentuan jodoh terserah
kepada kemauan dan penilaian anak, namun demikian saat ini bila
memiliki hasrat dengan orang sekampung atau se dusun maka kegiatan
menindai masih terlihat dipakai, walaupun alat penilaian seperti rasa
masakan dan keberadaan salang putung (kayu bakar) di bawah rumah sudah
tidak ada lagi.
Betanye (Bertanya)
Betanye artinya
merupakan langkah awal bagi pihak laki-laki untuk menyampaikan
hasratnya dan bertanya apakah pihak perempuan (gadis) belum ditandai
atau berjanji atau bertunangan dengan pria lain. Bila seandainya
belum maka disampaikanlah maksud/hajad, untuk mengikat pertunangan
dengan anak gadis keluarga yang di-tanye (ditanya). Untuk itu pihak
laki-laki biasanya meninta waktu kapan kami bisa datang (maksud
kedatangan tersebut adalah untuk meletakkan tanda/ciri (Ngatat
Tande). Pada saat itu maka biasanya kita akan menerima jawaban kalau
bisa kita diminta datang pada hari yang ditentukannya karena mau
bersepakat terlebih dahulu, untuk itu maka harus menunggu dan datang
pada hari yang ditentukan tersebut.
Utusan pada saat betanye
tersebut yang biasanya sekitar 3 atau 4 orang dari keluarga dekat atau
ibu dan bapaknya. Alat yang dibawa adalah sekapur sirih lengkap dengan
kapur, pinang, dan sebagainya yang dibungkus dengan sapu tangan terawang
putih.
Setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, maka
pada kedatangan kedua, utusan biasanya masih keluarga dekat, yang
maksudnya adalah untuk Ngatat tande (Ikatan pertunangan). Ciri/tanda
yang diberi tersebut biasanya dalam dua bentuk, yaitu: berbentuk uang
atau berbentuk barang berharga berupa emas (cincin).
Jika tanda
diterima disaat itu juga disepakati kapan akan dilakukan pertunangan
(menarik rasan/bertunang), apasaja yang diminta sebagai persyaratan.
Permintaan yang biasa diminta dapat berupa: Uang sejumlah tertentu
(nilainya sangat tergantung pada kesepakatan dan kondisi perekonomian
dan kesanggupan pihak laki-laki sepacara patut), Kerbau atau kambing
sekian ekor dengan pembawaanya (saat ini biasanya sudah jarang
dilakukan, biasanya sudah diganti dengan senilai uang atau daging berapa
kilogram)
Keris sebila (yang disebut Tukat Naik), fungsi keris
tersebut sebagai senjata dan pertanda kejantanan dan tanggung jawab, dan
kadang kala diminta juga sewar (yang disebut pera mate) yang
gunanya untuk diberikan kepada dukun si gadis.
Selain dari pada itu
maka biasanya kedatangan untuk bertunangan diminta kepada pihak
laki-laki untuk membawa perlengkapan pertunangan seperti: lemang, cucur
pandan, gelamai, dan bajek (Wajik). Ada kalanya saat ini tambahan
tersebut tidak diminta kerena pihak perempuan pada acara pertunangan
akan masak ketan saja (Ketan berkuah).
Pelaksanaan betanye
(bertanya) untuk saat ini sudah longgar dan proses ini cendrung sudah
hilang, hal itu dikarenakan proses bertanye sudah dapat dilakukan
oleh kedua pasangan itu, karena mereka memiliki media untuk bertemu
(bergaul atau dalam bahasa Lembak disebut Remang Mate dan saling
menyampaikan isi hati.
Bila pihak laki-laki sudah setuju maka
pembicaraan akan dilajutkan pada penentuan kira-kira kapan jadwal
pihak laki-laki dapat datang lagi untuk mengantar yang diminta
tersebut (bertunangan). Permintaan syarat dalam bertunangan dengan
meminta sebilah keris sudah jarang dilakukan (sebagai ketentuan adat
saja) dan permintaan akan ternak seperti kerbau, kambing, sapi dan
lain-lain dijadikan dalam bentuk daging (batai) sekian kilogram atau
sudah diganti dalam bentuk uang. Untuk sebilah sewar saat ini tidak
ditemukan lagi.
Permintaan tambahan seperti lemang, bajek,
gelamai dan lain-lainnya di saat akan bertungan sudah hampir hilang,
termasuk pada daerah Lembak Pedalaman. Bila telah terjadi kesepakatan
kedua belah pihak baik melalui proses pertama atau melalui anak maka
akan dilanjukan pada proses bertunangan.
PERTUNANGAN
Seperti
penjelasan di atas, bahwa dalam masyarakat Lembak jaman dulu dalam
memilih pasangan hanya melalui kesepakatan orang tua atau yang dikenal
dengan istilah rasan tue, dimana setelah ada kesepakatan antara kedua
belah pihak maka keduanya diikat dalam tali pertunangan yang ditandai
dengan adanya pemberian (tande) dari pihak laki-laki.
Namun
sejalan dengan perkembangan zaman dan banyaknya media pergaulan antara
bujang gadis maka pilihan ini tidak lagi tergantung kepada orang tua, di
mana bila keduanya sudah merasa ada kecocokan untuk melangkah ke
jenjang perkawinan lalu orang tua si bujang segera melamar kepada orang
tua sang gadis. Dalam acara lamaran ini biasanya langsung membicarakan
mengenai rencana pelaksanaan perkawinan dan tidak memakan waktu yang
terlalu lama, disamping itu juga menentukan berapa besarnya uang
hantaran yang diminta oleh pihak keluarga perempuan tersebut.
Malam Bertunangan/menarik rasan.
Setelah
hari dan waktu bertunangan yang disepakati tiba, maka pihak
laki-laki akan datang untuk bertunangan dengan membawa apa yang
telah disepakati (terutama berupa uang, sedangkan barupa barang
seperti kerbau dan pembawaanya) akan diserahkan kapan diminta oleh
pihak gadis.
Selain dari mengantarkan persyaratan yang harus
dipenuhi, maka pada saat itu dibicarakan pula kapan jadwal dilakukan
pernikahan, untuk penetapan jadwal tersebut pada saat itu sebagai
patokan adalah kapan masa panen.
Bila pertunangan masih dalam
satu dusun (kampung) maka ketua adat (depati/pemangku), imam, khatib dan
bilal boleh menunggu dirumah perempuan atau boleh bersama rombongan
keluarga laki-laki. Jika antara kedua calon berbeda dusun maka pihak
laki-laki membawa ketua adat, imam dan khatib dan sebagainya.
Pada
pertunangan zaman dahulu personal yang terkait cukup banyak karena
untuk membawa atau mengantar persyaratan yang diinginkan seperti
sekian ratus batang lemang, sirih dan bunga, kue (joda) seperti bajek
dan sebagainya membutuhkan orang yang banyak. Selain kaum bapak
yang diikutkan dalam bertunangan termasuk juga kaum ibu.
Di
malam bertunangan orang tua laki-laki tidak ikut, karena mereka sudah
melepaskan (menyerahkan) kepada Rajopenghulu untuk melakukan
pertunangan. Pertunangan pada saat ini sudah agak longgar, karena
terdapat dua model dalam bertunangan: pertama seperti adat lama dimana
pertunangan dilakukan jauh hari sebelum menikah, dan kedua
pertunangan dilakukan beberapa hari sebelum diadakan pernikahan yang
disebut Makan Ketan (pertunangan kerje jadi).
Pertunangan kerje
jadi ini sering dilakukan karena adanya dadakan dengan singkatnya waktu
atau dapat juga terjadi karena adanya kecelakaan atau dapat salah
(hamil sebelum nikah). Jika alasan singkatnya waktu dan biaya maka
sebelum bertunangan kerje jadi hanya dilakukan meletak tanda (ciri).
Waktu
bertunangan pada masa yang lalu biasanya dilakukan jauh hari sebelum
pelaksanaan perkawinan (bisa dalam enam bulan atau lebih).
Pelaksanaan pertunangan dilakukan diawal musim tanam.
Dalam
masa pertunangan apakah enam bulan atau satu tahun biasanya pihak
laki-laki, bila calon mertuanya mulai turun ke sawah, laki-laki akan
membantu keluarga perempuan untuk membuka sawah mulai dari menebas,
menanam (menugal) dan bila sudah panen membantu mengangkat hasil panen
(padi) dari sawah ke dusun (rumah). Begitu pula halnya dengan pihak
perempuan akan membantu keluarga laki-laki untuk memanen (ngetam) di
sawah atau ladang.
Pada malam bertunangan keris biasanya belum diserahkan dan akan diserahkan setelah selesai upacara perkawinan.
Bila
masa pertunangan melewati bulan puasa pada masa lalu tiga hari
menjelang puasa pihak laki-laki mengantarkan bahan masakan seperti
daging, ikan kepada calon istri (tunangannya), sedangkan pihak perempuan
akan mengantarkan masakan dari bahan yang sudah diberikan dengan dulang
disertai air limau (Air jeruk nipis yang direbus dan dicampur dengan
bunga rampai) beserta bedak beras 4 warna sebagai bahan untuk belanger
(mandi bersih/keramas). Pemberian terebut dikenal dengan ngida.
Tiga
hari menjelang lebaran juga pihak laki-laki mengantar bahan makanan dan
kue juga yang nantinya sehari sebelum lebaran akan dibalas beserta air
limau. Oleh pihak laki-laki air limau yang dimasukkan dalam geleta
tersebut akan dibagikan sedikit demi sedikit pada keluarga dekatnya.
Tata cara tersebut saat ini jarang terlihat, kalaupun ada hanya pihak
perempuan saja yang mengantarkan makanan kepada pihak laki-laki dengan
mengunakan rantang.
Setelah pertunangan berjalan maka untuk
menghadapi acara pernikahan biasanya diadakan kembali konsultasi
antara pihak gadis dan bujang tentang kepastian waktu dan segala
sesuatu yang harus disiapkan. Bila sudah ditemukan kata sepakat maka
dihubungi kembali Rajopenghulu untuk memberi tahu rencana
pelaksanaannya, bila kesepakatan waktu tidak berubah/sepakat maka pada
masa dahulu untuk menghadap Rajapenghulu guna memberitahu dan meminta
izin kita biasanya membawa seekor ayam dan secupak beras. Pada saat
ini tatacara tersebut sudah tidak seketat dahulu (bahkan jarang
dilakukan).
Makan Ketan
Setelah diadakan konsultasi dan
sepakat tentang hari kerje/bepelan maka oleh ahli rumah terlebih
dahulu biasanya diadakan kesepakatan rapat interen (ngupul adik
sanak) untuk mulai mempersiapkan dan meramu segala sesuatu yang
berhubungan dengan kebutuhan mengangkat pekerjaan seperti: berberas
(menumbuk padi untuk kebutuhan kerje/bepelan, mengumpulan alat-alat
untuk pangujung (balai), serta persiapan seperti pembuatan rumah
tanak (tempat berteduh tukang masak air dan nasi).
Selanjutnya
pada malam yang telah ditentukan diadakanlah rapat (berasan) dengan
penghulu syara’, adik sanak, kaum kerabat yang biasanya dipimpin oleh
penghulu adat/ketua adat, malam berasan ini dikenal dengan istilah
Malam Makan Ketan. Berasan tersebut secara resmi yang punya kerja
(puce) menyerahkan kepada majelis untuk pelaksanaan kerje/bepelan.
Dalam
masyarakat adat Lembak, makan ketan terlebih dahulu diadakan di rumah
pengantin laki-laki. Di rumah pengantin laki-laki ketua adat memimpin
mufakat Rajopenghulu untuk menetapkan kepanitian pelaksanaan acara
peresmian pernikahan yang diadakan beberapa hari setelah ini. Kemudian
dengan dipimpin oleh ketua adat mereka (Rajopenghulu dan ibu-ibu
kerabatan pengantin laki-laki) berangkat menuju rumah pengantin
perempuan untuk meresmikan pertunangan secara adat.
Sesampai
dirumah pengantin perempuan rombongan yang membawa tempat sirih ini,
disambut oleh Rajopenghulu ditempat calon pengantin perempuan.
Rombongan Bapak-bapak langsung dipersilahkan masuk keruang mufakat
Rajopenghulu ditempat calon pengantin perempuan.
Setelah beberapa saat, acara dimulai dengan dibuka oleh Ketua adat di tempat calon pengantin perempuan berada.
Ketua adat membuka mufakat rajopenghulu ini dengan kata pembuka:
Selamat
datang kepade rombongan calon penganten lanang, kami mengaturkan
permohonan maaf karene telambatnye acara ikak dimulai dan mbuat
rombongan nunggu (Selamat datang kepada rombongan calon pengantin
laki-laki, kami menghaturkan permohonan maaf karena terlambatnya acara
ini dimulai dan membuat rombongan menunggu)
Col lekap dengan
sambutan ikak, col lekap dengan bebanyak kate, make teremelah pepatah
wang tue kami dulu: (Tidak lengkap dengan sambutan ini, tidak lengkap
dengan berbanyak kata, maka terimalah pepatah orang tua kami dahulu)
Kok la babunyi gendang dengan serunai, adat lame pusako usang
Adik, sanak, jiran tetangge yang diundang lah sapai, rombongan jak jauhpun la datang.
(Kok lah berbunyi gendang kek serunai, adat lamo pusako usang
Adik, sanak, jiran tetanggo yang diundang sudah lah sampai, rombongan dari jauhpun sudahlah datang)
Rokok sebatang la kami njuk, ilim sekapur la kami sajikan, di pucuk tapan ilim kite letakkan itulah tande adat bimbang.
Rokok
sebatang lah tuan isap, ilim sekapur lah ibuk makan, kalu litak lah
lepas pule izinkanlah kami betanye dalam persoalan ikak?
(Rokok sebatang kami berikan, sirih sekapur kami sajikan, di atas tempat sirih kita letakkan itulah pertanda adat bimbang.
Rokok
sebatang sudah tuan isap, sirih sekapur sudah ibu makan, kok lelah
sudah lepas pula izinkanlah kami bertanya dalam persoalan ini ?)
Kok la garu memang lah garu, lah garu cendana pule
Kok la tau kamilah tau, la tau ndak betanye pule
Jak mane ndak kemane, Jak Jepang ke bandar Cene
Kalu la bolih kami betanye, rombongan nang datang ikak ape maksudnye
(Kok Sudah gaharu memang gaharu, sudah gaharu cendana pula
Kok Sudah Tahu kamilah tahu, sudah lah tahu bertanya pula
Darimana hendak kemana, dari Jepang ke bandar Cina
Kalu sudah boleh kami bertanya, rombongan yang datang ini apa maksudnya)
Kepade
Babak-bapak wakil nang datang kalu ade pembicaraan nang baik, nang ndak
disampaika dengan kami, kami mohon disampaika dengan kami dan majelis.
(Kepada
Babak-bapak wakil yang datang jika ada pembicaraan yang baik yang akan
disampaikan kepada kami, kami mohon disampaikan kepada kami dan majelis)
Kemudian Wakil rombongan dari calon pengantin laki-laki, menyampaikan sambutannya:
Kok la babunyi gendang dengan serunai, adat lame pusako usang
Adik, sanak, jiran tetangge yang diundang lah sapai, kami jak jauhpun la datang.
Kok lah berbunyi gendang kek serunai, adat lamo pusako usang
Adik, sanak, jiran tetanggo yang diundang sudah lah sampai, kamipun dari jauh sudahlah datang.
Rokok sebatang lah tuan njuk, ilim sekapur la ibuk njuk, dipucuk tapan ilim kite letakkan, itu la tande adat bimbang
Rokok sebatang lah kami isap, ilim sekapur la kami makan, litak kami la lepas pule. Izin ka kami betanye dalam persoalan ikak?
Rokok sebatang lah tuan berikan, sirih sekapur lah ibu kasihkan, di atas cerano kito letakkan itulah petando adat bimbang.
Rokok sebatang lah kami isok, sirih sekapur lah kami makan, kok litak kami lah lepas pule
Izinkanlah kami bertanyo dalam persoalan ikak?
Jak mane ndak kemane, Jak Panorama ke Toko Pucak,
Kalu kami dapat betanye dalam persoalan ikak, kedatangan kami kak apekah dapat diterime ataukah col?
Alhamdulillah
sejak dari laman tadi kami la dapat diterime, kami datang di dului oleh
tapan ilim nang lengkap dengan isinye, romanye tadi kami disusung oleh
tapan ilim nang lengkap dengan isinye.
Buktinye kami la diterime dengan baik, kami duduk di majelis nang mulia serek nang kite duduk ka kini
Darimane ndak kemane, dari Panorama ke Toko Puncak,
Kalu kami dapat bertanye dalam persoalan ikak, kedatangan kami kak apekah dapek diterime ataukah die?
Alhamdulillah
sejak dari halaman tadi kami sudah dapat diterimo, kami datang di
dahului oleh tempat sirih yang lengkap dengan isinya, nampaknyo tadi
kami disongsong oleh tempat sirih yang lengkap dengan isinyo.
Buktinye kami sudah diterime dengan baik, kami duduk di majelis yang mulia seperti yang kite duduki ikak
Kacang
bukan sembarang kacang, kacang melilit kayu jati, kami datang bukan
sembarang datang, memang beno nian kami datang ngulang rasan nepati
janji
Pade beberape bulan nang lapau malam nang badu keluarga A
dengan si B la bejanji antare keluarga ikak tepatnye malam ikak akan
ngadekan pertunangan antare A dan B dengan uang antaran menurut
informasi sejumlah Rp……………., tambahan belanje dapo Rp……………di iringi
dengan keris se-bilah
Kacang bukan sembarang kacang, kacang melilit
sekayu jati, kami datang bukan sembarang datang, memang benar nian kami
datang ngulang rasan menepati janji
Pada balan bulan yang lampau
malam yang sudah keluarga A dengan si B telah berjanji antar keluarga
ini tepatnya malam ini akan mengadakan pertunangan antara A dan B dengan
uang antaran menurut informasi sejumlah Rp……………., tambahan belanja
dapur Rp……………di iringi dengan keris se-bilah
Ketua adat yang menunggu:
Alhamdulillah memang ade nian janji beberapa bulan yang lalu malam ……. Tahun yang badu
Pada
malam itu juga disusunlah rencana mulai dari persiapan dan urutan
acara, pembuatan pangujung (balai), serta penetapan organisasi upacara
beserta personil yang akan bertugas.
Dinamakan malam makan
ketan karena jamuannya berupa nasi ketan berkuah atau ketan berinti.
Acara ini berlangsung di rumah kedua belah pihak dimana masing-masing
pihak menentukan/mengumumkan panitia kecil yang akan berperan dalam
pelaksanaan pesta nantinya.
Pada malam makan ketan ini utusan
keluarga lali-laki datang kepada pihak perempuan untuk meyampaikan uang
hantaran, hantaran ini juga dilengkapi dengan perangkat sirih dan bunga
yang dikenal dehgan sirih bujang untuk yang dibawa oleh pihak laki-laki
dan sirih gadis yang menunggu di rumah pihak perempuan. Rangkaian sirih
ini ditata sedemikian rupa dimana untuk sirih bujang 7 (tujuh) tingkat
dan sirih gadis 5 (lima) tingkat. Kedua bunga iini kemudian
disandingkan untuk kemudian ditukar.
Pada masa sekarang ini acara
makan ketan ini masih tetap dilaksanakan tetapi pada rangkaian sirihnya
mengalami perubahan, dimana rangkalan sirih ini hanya dibuat ala
kadarnya (tidak bertingkat-tingkat).
Pembentukan Panitia Kerja
Setelah
secara resmi acara pertunangan diumumkan, maka selanjutnya ketua adat
membuka acara berasan adik sanak untuk membentuk kepanitian acara
pernikahan pengantin yang dimaksud.
Pembentukan organisasi
upacara tersebut sekaligus menunjuk para petugas yang akan mengambil
tanggung jawab pelaksanaan antara lain: tue kerje (Ketua Kerja),
penyambut tamu, tukang sambal (tukang sambal), tukang joda (tukang
jauda), Tukang Ayo (Ahli menyiap air), Tukang nasi (Ahli memasak nasi),
ketua jenang yang biasanya ditunjuk jenang atas pengujung (jenang
pucuk) dan jenang belakang (jenang bawah), begitu pula biasanya
ditunjuk Cikidar (jenang perempuan) besarta anggota-anggotanya, serta
pada saat itu biasanya telah ditunjuk juga induk inang (perias
pengantin) dan inang (pengapit pengantin).
Bentuk organisasi yang
konvensional tersebut sangat sederhana namun dapat membagi habis
tugas. Untuk adat perkawinan pada saat ini penunjukan pada malam
berasan tersebut hanya seremonial saja karena sebenarnya pihak keluarga
yang akan melaksanakan pernikahan anaknya sudah menghubungi panitia
tersebut jauh-jauh hari.
Ketua kerja sebagai koordinator akan
menangani semua pekerjaan dan lalu lintas mulai dari menegak
pangujung, sampai acara perkawinan berakhir. Pada saat sekarang malam
berasan masih tetap dilaksanakan oleh Masyarakat Adat Lembak.
Dalam
acara makan ketan ini pula diumumkan dimana akan dilangsungkan akad
nikah dalam arti pihak mana yang akan melaksanakan pesta terlebih
dahulu. Biasanya akad nikah ini dilangsungkan di rumah pihak perempuan
namun demikian tidak tertutup kemungkinan untuk dilangsungkan di rumah
laki-laki, hal ini tergantung dengan perjanjian antara kedua belah
pihak.
Pada masa dulunya dalam berasan atau malam makan ketan
ditentukan juga bila kerje/bepelan akan dilakukan di balai maka orang
kampung secara bersama sama membuat balai, dan dibalai juga dibuatkan
tempat pengantin beristirahat seperti tempat duduk, tempat pakaian dan
istirahat, yang dibatasi antara tempat pengantin yang satu dengan
yang lain. Pelaksanaan rangkaian pernikahan pada masa lalu dilakukan
juga dibalai yang biasanya diikuti beberapa pasang pengantin yang
disaksikan oleh ketua-ketua marga, para depati dan bujang gadis dari
setiap marga. Pelaksanaan tatacara upacara pernikahan dibalai untuk
beberapa pasang pengantin pada suku bangsa Lembak di Kota Bengkulu sudah
lama hilang, terkhir didaerah proatin XII di Tanjung Agung tahun
1940 han.
Dimalam berasan itu biasanya makanan yang disajikan
adalah boleh juga ketan berkuah (nasi ketan dengan kuah dimasak dari
santan dan gula merah/aren) atau ketan berinti (intinya gula merah
campur kelapa). Ketan berkuah terutama pada daerah Tanjung Agung,
Semarang, Surabaya, Jembatan Kecil, Panorama, dan Dusun Besar.
Setelah
diadakannya berasan maka beberapa hari berikutnya dimulai mendirikan
(menegak) pangujung yang dilakukan oleh masyarakat, dan mulai dibagi
undangan (ilim terbang) serta memanggil masyarakat dilingkungan desa
yang hanya memakai panggilan lisan oleh orang yang telah dipercaya oleh
ahli rumah.
Pembuatan pangujung pada masalalu memiliki ciri
tersendiri, dimana bila ahli rumah memotong sapi atau kerbau
pangujungnya berbubung, jika hanya memotong kambing atau ayam dan
sebagainya maka pangujung tidak berbubungan.
PESTA PERNIKAHAN
Pelaksanaan
perkawinan dalam Bahasa Lembak sering disebur Kerje atau Bepelan
yang merupakan inti atau puncak dalam upacara perkawinan. Kegiatan
itu merupakan rangkaian dari suatu perayaan sebagai pernyataan suka dan
rasa syukur segenap keluarga baik dalam hubungan keluarga dekat mapun
keluarga jauh.
Pesta Pernikahan dilaksanakan kedua belah pihak
dan berlangaung selama 2 hari 2 malam untuk satu pihak, hari pertama
disebut dengan Hari Mufakat (Arai pekat) sedangkan harl kedua disebut
Hari Bercerita (Andun). Pelaksanaan akad nikah biasanya dilangsungkan
pada hari mufakat (Arai pekat), dahulu dilaksanakan pada hari kedua.
Hari Mufakat (Arai Pekat)
Pada
hari mufakat ini mempelai wanita sudah harus dirias untuk memekai
pakaian pengantin (pakaian adat), Untuk merias pengantin pertama kali
ini tidak dilakukan di rumahnya melainkan harus dilakukan di rumah salah
seorang kerabatnya yang di sebut dengan 'Bakondai'. Dalam acara
bakondai ini harus menyiapkan persyaratan berupa kain penutup
(kelimbung), beras, kelapa, gula kelapa serta pisang mas, perlengkapan
ini nantinya akan diserahkan kepada 'induk inang (perias pengantin).
Setelah pengantin selesai dirias baru dibawa kerumahnya dan disambut
oleh ibunya serta diasap dengan kemenyan.
Akad Nikah
Dalam
acara akad nikah ini mempelai pria belum memakai pakaian pengantin
namun hanya memakai jas, berkain dan pojok '(songkok khusus untuk acara
adat). Seperti halnya mempelai wanita, mempelai priapun untuk berangkat
nikah ini tidak dirias dirumahnya melainkan juga di rumah familinya.
Gambar 1. Rombongan Pengantin Laki-laki yang siap untuk menikah (Usman Yassin, 2006)
Pada
saat mengantar pengantin nikah secara adat oleh pihak laki-laki selalu
dibawakan (dipersembahkan) tapan ilim (tempat sirih lengkap).
Rombongan pengantin yang berangkat kerumah calon istrinya dipimpin
oleh pemangku adat (ketua adat). Ketua adat inilah yang dipercaya untuk
mengantarkan sampai menyerahkan kepada pemangku adat (ketua adat)
pengantin wanita.
Gambar 2. Tapan Ilim (Tempat sirih) (By Usman Yassin)
Menurut
adat perkawinan suku Lembak saat dilakukan ijab dan kabul oleh
pengantin laki-laki, pengantin perempuan tetap berada didalam kamar,
sehingga dengan demikian petugas, kalau dulu iman dan khatib yang
saat ini adalah P3NTR harus masuk ke kamar untuk menemui pengantin
wanita menanyakan tentang kesediaan dan permintaan tentang mahar (mas
kawin) pengantin wanita didampingi oleh ibu atau jika ibunya sudah
tidak ada didampingi sepupu-sepupu ibunya.
Pelaksanaan akad
nikah ini biasanya dialasi dengan sajadah dan pada waktu ijab kabul
tersebut mempelai wanita tetap berada di kamar pengantin. Dalam hal
akad nikah diadakan di rumah pria, maka sajadah yang menjadi alas
tersebut diserahkan kepada orang tua/wali wanita yang menikahkan
tersebut.
Gambar 3. Pelaksanaan Akad Nikah (Ijab Kabul) (By Usman Yassin)
Setelah
pelaksanaan akad nikah tersebut mempelai pria belum dipertemukan dengan
mempelai wanita, melainkan harus pulang dulu untuk datang kembali pada
malam harinya.
Pada hari mufakat ini pula, selain diadakan do'a
setelah nikah, juga diadakan do'a/kenduri yang disebut dengan kenduri
sekulak (Syukuran kecil atas telah dilangsungkannya akad nikah, sekulak =
kenduri kecil atau sebanyak empat cupak beras).
Malam Napa
Salah
satu bagian dari acara perayaan perkawinan adalah Malam Napa. Pada
malam ini sering juga disebut pengantin bercampur atau mulai bersanding
setelah melakukan ijab kabul (Jika belum melakukan ijab kabul, dalam
adat Lembak pengantin tidak boleh disandingkan).
Dalam Malam Napa
biasanya kalau akan diadakan adang-adang gala maka pihak keluarga
pengantin perempuan harus melakukan acara penjemputan pengantin lanang
yang dipimpin oleh ketua adat yang diikuti oleh beberapa orang kerabat
pengantin perempuan. Pada acara penjemputan ini pihak pengantin
perempuan membawa perelengkapan pakain adat untuk pengantin lanang,
pihak keluarga pengantin lanang juga sudah menyiapkan panganan/ kue-keu
yang sudah dimasak beberapa hari dan disuguhi minuman teh/kopi yang
sering dikenal dengan istilah Neron. Pada saat itu biasanya juga
disampaikan oleh penghulu adat kepada pihak penganting lanang untuk
menyiapkan sejumlah uang untuk acara adang-adang gala tersebut. Uang
yang diberikan pada saat adang-adang gala sering disebut dengan istilah
kunci masuk.
Pada Malam Napa ini pengantin baru dapat bersanding
dimana mempelai pria sudah memakai pakaian pengantin adat, untuk merias
pengantin ini seperti pada saat akan berangkat nikah juga dilaksanakan
dirumah kerabatnya, untuk kemudian diantar ke rumah wanita.
Pengantin Bercampur
Pengantin
bercampur adalah rangkaian kegiatan upacara dimana pengantin
perempuan bersanding dengan pengantin laki-laki dipelaminan. Tatacara
upacara pengantin bercampur dimulai dari menjemput pengantin dan
pelaksanaan dengan dibawah bimbingan induk inang.
Setelah habis
nikah dan pengantin laki-laki sudah pulang kerumahnya maka pada siang
hari dijemput oleh kurir untuk bercampur. Alat-alat yang dibutuhkan
dalam menjemput pengantin laki-laki adalah rokok tujuh batang yang
dimasukkan dalam tempat kotak rokok yang sudah disediakan (selepa
rokok) dengan limau bunga (limau diiris seperti bunga yang mekar)
dimasuk dalam kobongan kaca yang telah diberi air sedikit dan ditaburi
bunga rampai.
Bercampur
Tatacara dalam bercampur
ini sudah merupakan adat istiadat yang sudah turun temurun, dan
memiliki nilai tersendiri. Alat yang digunakan dalam bercampur adalah :
1. Nasi kunyit sejambar.
2. Air minum 2 (dua) gelas.
3. Piring kecil kosong 1 (satu) buah.
4. Kipas
5. Gendang panjang dan serunai
6. Persepan api untuk membakar menyan
7. tepung setawar
Urutan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pengantin
dan rombongan yang datang di hadang (menemui rintangan pertama) di
pintu gerbang (disebut adang-adang gala) dengan gala/bambu oleh Tue
kerje, dan akan dibuka bila sudah membayar (ditebus) dengan sejumlah
uang yang tidak ditentukan.
Setelah sampai di depan rumah wanita,
pengantin pria tersebut dihadang dengan gala yang disebut dengan
adang-adang gala, orang yang menghadang ini biasanya Tue Kerje (ketua
Panitia) dari pihak keluarga perempuan.
Tue Kerje bertanya (TK):Ndak kemane kamu banyak-banyak kak (Mau kemana kamu sekalian)
Dijawab ketua rombongan (KR) dari pengantin lanang:
Kami ndak andun (Kami mau ke undangan)
TK:Sape yang ngajak (siapa yang mengundang)
KR:Tadi kami diajak (Tadi kami diundang/dijemput)
TK:Tadi
kami ngajak, kalu serepak kami tadi jadi, tadi kamu belum ndak (Tadi
kami undang, jika bersama kami boleh, Tadi kamu belum mau)……dan
seterusnya
Selanjutnya seperti terjadinya pertengkaran dan
peperangan antar kedua rombongan dan disini biasanya dapat diperagakan
acara pencak silat kampung, bisa juga menggunakan senjata dan alat yang
lain. Pada acara adang gala ini juga diisi dengan kemampuan berpantun
dari kedua belah pihak, yang pada akhirnya biasanya pihak rombongan
harus membuka kunci penghadang dengan memberikan sejumlah uang dalam
amplop kepada Tua Kerja dan Tukang Gulai.
Dalam acara ini
terjadi tawar menawar antara utusan pengantin pria dengan para
penghadang guna membuka 'kunci' penghalang tersebut. Setelah lepas dari
hadangan pertama ini pengantin pria disambut oleh ibu si perempuan
kemudian disembur dengan beras kuning setelah itu diteruskan dengan
setepung setawar dan di asap dengan kemenyan mulai dari atas sampai ke
kaki. Kemudian pengantin pria tersebut salaman/sungkem dengan ibu
mertuanya, hal ini biasanya dilakukan di teras rumah.
Setelah itu
pengantin laki-laki akan masuk ke rumah di pintu dihadang kembali dengan
selendang atau tali oleh Tukang Gulai, dan Cikidar, akan dibuka bila
ditebus dengan uang pembuka atau kunci pembuka.
Sewaktu
pengantin laki-laki sudah didudukkan, muka pengantin perempuan masih
tetap ditutup oleh Induk Inang dengan kipas yang terkembang. Bila
ditanya oleh induk inang laki-laki maka jawabnya dia malu. Jawaban
tersebut hanya basa basi agar inang pengantin laki-laki membayar uang
tebusan (pembuka), jika telah dibayar (ditebus) sesuai dengan keinginan
Induk Inang maka akan dibuka, bila tidak/belum sesuai maka belum akan
dibuka oleh induk inang. Keadaan tersebut terjadi bila Induk Inang
menganggap tebusan belum sesuai. Jika kemampuan pihak laki-laki tidak
ada maka dengan bisik-bisik dapat diganti dengan satu subang sirih.
Setelah
melakukan serangkain rintangan maka pengantin berdua sudah duduk
bersanding (bercampur), setelah itu upacara dilanjutkan dengan
suap-suapan nasi kunyit dan juga memberi minum secara bergantian,
dimulai dari yang laki-laki terlebih dahulu. Pada saat itu biasanya
kegiatan ditonton oleh kebanyakan ibuk-ibuk dan anak-anak, yang
membuat sorak-sorai yang semakin membuat pasangan pengantin jadi malu.
Kegiatan
mulai dari datangnya rombongan diiringi gendang Serunai sampai
selesai melakukan rangkaian acara di atas. Setelah selesai bercampur
maka keduanya dibimbing untuk masuk kebilik beriringan sambil
berpegangan tangan, dimana pengantin wanita yang membimbing masuk ke
bilik. Didalam bilik tersebut sudah tersedia makanan buat mereka.
Setelah
itu pasangan pengantin bersanding kembali di pelaminan. Selanjutnya
pengantin pria dibawa keluar (halaman) untuk dilaksanakan acara napa
yaitu pengantin pria duduk sambil diiringi dengan tabuhan gendang/rebana
dengan ucapan puji-pujian (berzanji), pada akhir acara ini pengantin
pria menyalami orang-orang yang mengiringi tersebut.
Pada malam
napa ini pula ibu dari pengantin pria bersama dengan beberapa orang
kerabatnya datang ke tempat pengantin wanita (besannya) yang lazim
disebut dengan menda kule, begitu juga sebaliknya pada saat pesta di
rumah pria pihak keluarga wanita datang ke sana.
Sementara acara
tabuhan rebana masih tetap berlangsung dan kedua mempelai kembali
bersanding, kemudian kedua mempelai tersebut dengan dituntun oleh induk
inang melakukan sembah/sungkem kepada para menda kule tersebut.
Acara
pada malam napa ini biasanya berlangsung sampai dengan sekitar jam
23.00, kemudian pengantin pria kembali pulang ke rumahnya untuk datang
kembali pada keesokan harinya.
Hari Bercerita
Hari
bercerita ini merupakan hari puncak pelaksanaan pesta pernikahan
tersebut. Pada saat tetamu datang baik tetamu dari jauh maupun dari
dekat, mereka datang membawa buah tangan pada ahli rumah sebagai tanda
ikut bersuka cita atas rahmat yang diterimanya. Buah tangan tersebut
semenjak masyarakat telah mengenal uang sebagai alat tukar, diberikan
dalam bentuk uang, dikenal dengan istileh Jambar real (Jamber real).
Gambar 4. Panitia Jambar Uang (By Usman Yassin)
Undangan
yang datang biasanya menyampaikan pemberiannya berupa uang dimana uang
ini dicatat pada satu buku yang disebut dengan jambar uang. Pemberian
berupa uang ini lazim disebut oleh masyarakat dengan ngatung, dikatakan
demikian karena konon menurut cerita pada jaman dulu uang tersebut
benar-benar digantung dan diletakkan ditengah pengujung (tarub)
Uang
yang dibawah tetamu tersebut dikumpulkan oleh suatu kepanitiaan yang
dibentuk/ ditunjuk secara aklamasi oleh ketua kerja. Tugas dari
panitia adalah menerima, mencatat dan menggantungkan uang tersebut
pada jambar (pohon daun hidup yang rimbun) sepeti daun beringin
atau daun kopi. Untuk daerah seperti Jembatan Kecil, Panorama dan
Dusun Besar, uang yang dikumpul dimasukkan dalam nampan dengan
dibungkus saputangan putih terawang.
Gambar 5. Malam Napa (By Usman Yassin, 2006)
Pada
hari bercerita ini inti acaranya berupa berzikir/membaca kitab berzanji
yang diringi rebana, walimah dan jamuan dan pada akhir acara tersebut
wakil para tamu menyerahkan jambar uang yang diperoleh kepada pihak tuan
rumah dengan mengumumkan jumlah total penerimaan.
Gambar 6. Badikir (By Usman Yassin)
Selain
itu bagi pengantin wanita pada saat pesta di rumahnya dilaksanakan
khatam qur'an (temat kaji). Dalam pada itu kedua mempelai tetap
bersanding selama acara berlangsung.
Gambar 7. Tamat Kaji pengantin perempuan di depan Imam (Usman Yassin, 2006)
Acara
pada hari bercerita ini berlangsung mulai dari pagi hingga menjelang
waktu dzuhur. Setelah selesai acara ini pengantin pria juga harus
pulang ke rumahnya.
Pada malam berikutnya acara yang dilaksanakan
tergantung dengan tuan rumah, biasanya pada malam lni diisi dengan
acara muda-mudi dimana bentuk acaranya bervariasi tergantung kemampuan
dan keinginan tuan rumah tersebut. Kalau pada jaman dulu acara pada
malam ini dapat berupa pencak silat, tari bubu dan sebagainya, sedangkan
pada masa sekarang ada yang diisi dengan acara musik atau pun acara
ceramah agama untuk para pemuda dengan mengundang seorang penceramah
atau ada juga yang tidak melaksanakan kegiatan apa-apa pada malam
tersebut.
Kenduri Selamat (Makan Kerak)
Setelah kegiatan
pesta di rumah pihak laki-laki telah dilaksanakan maka pengantin kembali
ke rumah perempuan untuk bercampur karena mereka telah resmi meniadi
suamii isteri. Bila jaman dulu sebelum campur ini keduanya diberi
nasehat dulu oleh orang-orang tua namun sekarang hal ini tidak
dilaksanakan lagi. Setelah mereka resmi campur maka pada pagi harinya
(setelah Shubuh) mereka harus Pergi ke rumah orang tua pihak laki-¬laki,
selain itu laki-laki juga harus memberi cincin emas kepada ibu si
perempuan (ataupun sekalian ada yang memakaikanya) sebagai tanda bahwa
dia telah menerima istrinya tersebut dengan baik.
Sebagai
rangkaian terakhir dari kegiatan pesta penikahan ini adalah kenduri
selamat yang lazim disebut oleh masyarakat dengan istilah makan kerak,
yaitu selamatan yang dilaksanakan pada hari setelah malam pengantin
bercampur tersebut. Dalam acara selamatan ini ada satu hidangan khusus
yaitu gulai ayam dengan kundur, yang mana untuk keperluan kenduri
tersebut bahan-bahannya berasal dari pihak laki-¬laki. Kalau pada jaman
dulu bahan-bahan tersebut benar-¬benar diantar dalam bentuk benda, namun
pada saat sekarang ini keperluan ini tidak lagi diberikan dalam bentuk
benda melainnya hanya di ganti dengan uang. Acara makan kerak ini
merupakan rangkaian terakhir dari pelaksanaan kegiatan upacara
perkawinan yang ada dalam masyarakat Lembak.
Selain itu selama
beberapa hari setelah perkawinan tersebut pasangan ini melakukan
kunjungan kepada seluruh sanak keluarga dari kedua belah pihak ataupun
orang-orang yang telah berkerja dalam kegiatan pesta yang telah
dilaksanakan itu, kegiatan ini dinamakan dengan istilah nyalang -
Tujuannya adalah selain untuk mengenalkan pasangannya kepada sanak
keluarga juga mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan
dalam pelaksanaan pesta yang baru saja berlangsung tersebut.
Kegiatan
menyalang sanak keluarga ini dilakukan pada sore dan malam hari,
sehingga kadang kala pada masa dahulu yang belum memiliki kendaraan
dapat menyelaikan waktu sampai tiga bulan. Tatacara menyalang
adalah sebagai berikut; pertama kedua mempelai menyampaikan pesan kepada
keluarga yang akan dituju bahwa mereka akan datang pada hari tanggal
dan jam, atau sebaliknya ada juga yang menyampaikan bahwa kami
dapat menerima pengantin nyalang tanggal, hari dan jam sekian.
Dengan demikian kedua belapihak sudah dapat bersiap.
Pada suku
lembak yang berada disekitar danau dendam tak sudah, pada saat
pengantin baru menyalang membawa cerano, sedangkan pada masyarakat
lembak bagian dalam (darat) biasanya membawa panganan, sehingga dengan
demikian panganan tersebut dibalas dalam berbagai bentuk antara
lain; ada dibalas denga perabot rumah tangga seperti piring, gelas,
ada yang dibalas dengan dasar baju, kain dan sebagainya. Pemberian
tersebut berguna bagi persiapan pengantin baru dalam mengarungi
hidup bekeluarga. Dengan adanya pemberitahuan biasanya ahli rumah
telah menyiapkan barupa hidangan, dan kadang kala tidak jarang ada yang
menyediakan makanan dengan memotong ayam dansebagainya.
Pada saat bertamu dalam menyalang keluarga (paman, bibi, kakek, nenek, induk inang dan sebagainya) mereka menyampaikan :
Berupa nasehat-nasehat dalam bekeluarga dan mempersiapkan hari depan
Menyampaikan
tembo, susunan keluarga dan tutur sapa, serta panggilan terhadap
keluarga yang dikunjungi. Dalam pembukaan tambo ini biasanya terjadi
perubahan dalam tuturan panggilan sesuai dengan urutan keluarga.
Pakaian
yang digunakan oleh kedua pengantin baru adalan baju kebaya dengan
sanggul sikat, dan baju jas bagi laki-laki. Pada saat ini kegiatan
menyalang terutama menyalang sanak keluarga sadah mulai jarang
dilaksanakan (banyak yang meninggalkan). Kalaupun ada waktunya sangat
singkat yang kadang kala hanya mengucapkan assalamualaikum Wr. Wb
selanjutnya salaman (sungkem) dan mohon pamit karena masih banyak yang
akan dikunjungi.
Keadaan yang terjadi seperti itu kadang kala
oleh orang tua tidak diberi tahu terlebih dahulu. Kadang kala orang tua
tidak meminta kepada anak menantunya untu menyalang (menjalang)
ketempat sanak keluarga.
Beberapa Kebiasaan Yang Jarang Dipakai
BERDABUNG
Berdabung
merupakan acara yang dilakuan untuk meratakan gigi seorang calon
pengantin wanita sehingga akan lebih kelihatan rapi dan indah. Acara
berdabung ini dilakuan induk inang sebelum acara pernikahan dilakukan
dengan peralatan yang dibutuhkan seperti: Nasikunyit, panggang ayam dan
sebaginya.
Tatacara pelaksanaan dilakukan oleh induk inang
dengan sistematika dalam penggunaan peralatan yang ada. Pada saat
menjelang diadakan acara berdabung induk inang meminta kepada pengantin
untuk memakai pakaian pengantin dengan memakai kain benang emas.
Setelah itu pengantin dibimbing untuk bersalaman/ menyembah pada ibuk,
bapak, tukang tabuh gendang serunai dan orang-orang tua yang patut
disembah dirumah itu. Setelah selesai pengantin diminta untuk masuk
kedalam rumah guna ditepung setawar dan diasapkan dengan asap menyan
sebanyak tiga kali atau tiga keliling.
Setelah selesai maka
pengantin dibaringkan telentang seperti orang beristiahat dengan
badan ditutup dengan kain benang emas dan induk inang mulai melakukan
pekerjaan.
Waktu pelaksanaan berdabung pada masa dahulu terutama
pada suku Lembak yang ada didaerah darat (pedalaman) dapat dilakukan
jauh hari (satu minggu) sebelum dilakukan acara perkawinan, dan ada
juga yang melakukan pada pagi hari disaat pengantin akan dihiasi
(dirias) untuk menghadapi sehari sebelum malakukan pernikahan, atau
berkembang menjadi lebih ringkas lagi disaat pengantin akan dihiasi
(dirias) untuk menghadapi acara pernikahan. Pelaksanaan berdabung
tetap dilakukan dirumah pengantin wanita.
Pada saat ini
berdabung sudah jarang dilaksanakan dalam acara perkawinan, hal itu
dikarenakan oleh semakin sukar mencari induk inang yang bisa
melaksanakan.
Inai Curi
Pada malam hari setelah
dilakukannya acara mendo'a pertanda dimulainnya perhelatan (mendo'a
sekulak), dilanjutkan dengan pemasangan inai pengantin perempuan.
Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan pengantin dalam
mempersiapkan dirinya agar bisa tampil dengan cantik dan indah.
Pelaksanaan
pemasangan inai curi ini dibimbing oleh induk inang, dengan
peralatan yang dibutuhkan antara lain adalah pisau/gunting kuku, dan
inai yang diramu dari daun pacar.
Saat pemasangan inai curi
biasanya dilakukan acara kesenian dengan menabuhkan rabana
(berzikir), pelaksanaan berzikir ini tidak terlampau larut malam
seperti berzikir pada malam kerje agung.
Pada saat pemasangan
inai pengantin wanita sudah belajar untuk duduk dipelaminan sendiri
dan duduk dipelaminan dapat ditutup mukanya kain halus (tekuluk).
Malam inai curi pada saat ini pelaksanaanya telah longgar, dan para
mempelai perempuan sudah ada yang meninggalkan upacara ini, hal itu
dimungkinkan karena sudah ada alat lain (kutek kuku) yang dapat
dipakai untuk memperindah kuku kaki dan kuku tangan.
Demikianlah
sedikit gambaran mengenai adat perkawinan yang terdapat dalam
masyarakat Lembak yang ada di Kota Bengkulu dan sekitarnya. Dari uraian
mengenai rangkaian kegiatan dalam upacara adat perkawinan tersebut
dapat digambarkan bahwa kegiatan adat yang ada pada saat ini telah ada
banyak mengalami perubahan ataupun pengurangan di sana sini. Perubahan
suatu budaya tidak terlepas dengan perkembangan dan perubahan masyarakat
itu sendirl. Dalam hal ini masyarakat mengambil hal-hal yang praktis
namun demikian tidak terlalu mengurangi nilai dan makna dari kegiatan
tersebut.
Perubahan dalam suatu masyarakat memang merupakan hal
yang tidak dapat ditolak karena ini merupakan konsekwensi dari pada
perkembangan zaman dan teknologi, dimana masyarakat senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan diluarnya yang dapat mempengaruhi
kehidupan dan juga pola budayanya.
http://www.yayasanlembak.com
HOT NEWS
Upacara Perkawinan Adat Suku Lembak
10.33
Bicara Bengkulu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Hallo Akang dan Teteh Calon Penganten,
Masih bingung cari gedung pernikahan? Ingin menikah di gedung full carpet dengan fasilitas eksklusif? HIS Balai Sartika Bandung menjawab keinginanmu dengan konsep One Stop Wedding Service dan pilihan vendor-vendor profesional yang akan membuat pernikahanmu semakin berkesan. Dapat bonus-bonus menarik yaitu Logam Mulia 5 Gram dan Honeymoon di Bali!! Semua itu tanpa diundi looohhh…
Ingin info lebih lanjut bisa langsung hubungi :
Rosianti,
WA ( 085624295686 )
IG ( rosi.hisbalaisartika )
E-mail ( rosi.hiscorp@gmail.com )
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
Posting Komentar